Selasa, 25 Mei 2010

Metode Penelitian Kualitatif



Oleh : Yopie Sugara

Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang temuannya diperoleh berdasarkan paradigma, strategi dan implementasi model secara kualitatif. Perspektif, strategi dan model yang dikembangkan sangat beragam. Meskipun demikian berbagai bentuk penelitian yang diorientasikan pada metodologi kualitatif memiliki beberapa kesamaan.

A. METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

Dinyatakan demikian karena secara umum dalam penelitian kualitatif :
a) data disikapi sebagai data verbal atau sebagai sesuatu yang dapat ditranposisikan sebagai data verbal,
b) diorientasikan pada pemahaman makna (verstehen) baik itu merujuk pada ciri, hubungan sistem, konsepsi, nilai kaidah dan abstraksi formulasi pemahaman atau salah satunya
c) mengutamakan hubungan secara langsung antara peneliti dengan dunia yang diteliti dan
d) mengutamakan peran peneliti sebagai instrumen kunci.
Menurut Bogdad dan Biklen penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Penelitian kualitatif menggunakan latar alami (natural setting) sebagi sumber data langsung dan peneliti sendiri merupakan instrumen kunci.
b. Penelitian kualitaif bersifat deskriptif
c. dalam penelitian kualitatif proses lebih dipentingkan daripada hasil
d. Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara induktif.
e. Makna merupakan hal yang essensial dalam penelitian kualitatif.
Sementara dalam model-modelnya ada enam model pendekatan yang bisa digunakan dalam penelitian kualitatif. Yakni: Etnografi, Studi kasus, grounded Teori, Penelitian Interaktif, Penelitian Ekologikal dan Penelitian masa depan.
Penelitian kualitatif secara etimologis menolak faham “kesatuan ilmu” dan menganggap essensi ilmu sosial berbeda dengan Ilmu alam, maka oleh karena itu metode ilmu fisika tidak dapat ditransfer dalam metode ilmu-ilmu sosial. Disisi lain akibat begitu menonjolnya fenomena tingkah laku manusia yang bersifat unik, maka metode ‘verstehen’ merupakan kunci utama untuk memperoleh pengetahuan dalam ilmu sosial. Demikian pula pada dasarnya perilaku manusia tidak teratur dan tidak berulang (uniform) oleh karena itu tidak dapat diukur atau diramalkan secara mekanik sebagaimana benda mati. Sementara persoalan ‘makna’ menjadi isu sentral pemahaman untuk mengerti gejala sosial dalam artian peneliti harus mengutamakan masalah yang bersifat implisit dari pada yang eksplisit. Sisi lain yang menjadi tipe utama penelitian jenis ini adalah bahwa Interpretasi atas perilaku manusia tidak bersifat kausal dan tidak dapat dijelaskan melalui hukum yang permanen atas generalisasi umum. Maksudnya adalah bahwa perilaku manusia tidak bisa difahami dengan mengikuti suatu teori tertentu untuk menunjuk adanya suatu fenomena tertentu yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Peneliti harus menganggapnya sebagai kenyataan yang mandiri yang harus diungkap dan difahami kenyataan yang melingkupi di sekitar fenomena tersebut. Demikian juga dalam penelitian kualitatif realitas sosial adalah sesuatu yang cair dan mudah berubah melalui interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan manusia yang menentukan struktur dan bukan sebaliknya struktur yang menentukan tindakan manusia. Struktur sosial sekedar meruapan konstruksi sosial dan dapat dinegoisasikan . Struktur sosial bersifat rentan, tidak permanen, dan artifisial.
Sisi lain yang merupakan karakteristik penelitian kualitatif dibandingkan penelitian yang lainnya adalah dari segi misi yang diembannya. Adapun misi penelitian kualitatif adalah : Misi Deskripsi, yang tujuannya dalah mendeskripsikan suatu latar yang sangat kompleks , memfokuskan pada proses-proses interaksi antar manusia dan menelaah secara rinci dan mendalam terhadap kasus-kasus tertentu. Misi pengembangan teori, arah misi ini nampak pada saat peneliti mengumpulkan data dan menggunakan sejumlah waktunya dengan subyek. Misi evaluasi, digunakan untuk mendeskripsikan dokumen dan atau melakukan asesmen terhadap suatu perubahan program suatu jenis kegiatan organisasi. Misi pemecahan masalah, yakni penelitian yang memiliki tujuan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat individual maupun sosial yang berkembang di masyarakat. Misi Assesmen terhadap kebijakan, misi ini lebih sering disebut dengan istilah Penelitian Kebijakan (Policy Research) atau Analisis Kebijakan (Policy Analysis), dalam penelitian jenis ini pilihan kebijakan merupakan suatu rumusan kebijakan yang diusulkan untuk diterapkan pada satuan organisasi atau bisa juga berupa tindakan yang harus dikerjakan sekarang juga.
Mengingat kepeduliannya pada kedalaman makna ketimbang pada keluasan informasi, maka pada penelitian kualitatif dirasa amat cocok digunakan untuk memperoleh pemahaman terdalam atas fenomena sosial yang kompleks atau untuk mencuatkan isu baru serta memperoleh pemahaman baru mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi fenomena sosial yang ada. Melalui penelitian kualitatif yang kritis, akan dapat diperoleh gambaran yang akurat mengenai sikap, pandangan dan perilaku dari orang-orang yang menjadi target penelitian.
Dalam hal prosedur menjalankan penelitian kualitatif ini, ada banyak ragam yang berkembang dalam konteks implementasinya. Oleh karenanya tidak bisa ditentukan secara baku dan limit tentang model dan prosedur yang pasti dalam jenis penelitian ini. Setiap prosedur mengikuti model dan jenis penelitiannya, sehingga seperti penelitian etnografi, studi kasus, penelitian grounded dan penelitian tindakan/Participation Action Research (PAR) prosedur yang dilaluinyapun pasti berbeda-beda.
Oleh karena sifatnya yang khas, maka dalam penelitian kualitatif ini banyak ditemukan berbagai kendala yang menghambat peneliti dalam melakukan tugas penelitiannya. Lincoln dan Guba telah mendiagnosa tiga hal yang seringkali menghantui para peneliti ketika mereka mendesain penelitian kualitatif ini di lapangan. Pertama, pengelolaan konflik antara paradigma dan kepentingan kontrak. Hampir semua inkuiri apakah penelitian, evaluasi ataukah analisis kebijakan dilakukan atas dasar kontrak dengan lembaga , kelompok ataupun individual yang memiliki power untuk mendukung ataupun menolak proyek penelitian. Di satu fihak peneliti harus menjaga integritas atau paradigma penelitiannya. Di sinilah perlu adanya negoisasi kembali antara sponsor dan peneliti. Kedua, Masalah-masalah desain, terdapat sejumlah aspek desain naturalistik yang menghadapi masalah dalam implementasinya, pertama, adanya sampling purposif menyebabkan peneliti mengurangi kebebasan bagi informan, sehingga mungkin menyebabkan perasaan cemas bagi informasi kurangnya otonomi. kedua, karena desain penelitian naturalistik adalah emergent maka pengelolaan waktu merupakan masalah yang besar karena jadwal waktu sering tak terkontrol. Ketiga, kesulitan bagi peneliti untuk menemukan kesimbangan antara usaha mempertahankan fokus penelitian sambil mempertahankan penghentian secara prematur di satu fihak dan perubahan-perubahan yang semestinya tidak boleh terjadi di lain fihak, Adapun yang terakhir adalah pengelolaan masalah lapangan, yang dimaksud di sini adalah hal-hal yang mungkin muncul berkenaan dengan kondisi eksternal penelitian itu sendiri seperti bagaimana memperoleh ijin penelitian, cara menangani persoalan logistik, cara menjaga atau memelihara alat-alat rekam dan sebagainya dan tidak lupa kondisi psikis penelitian juga amat menentukan dalam keberhasilan penelitiannya
Dalam penelitian kualitatif, data seringkali tidak berupa data fisik atau benda, akan tetapi yang sering adalah data berupa lesan atau sikap dari suatu individu atau kelompok soial masyarakat. Oleh karena sifatnya yang sedemiian khas ini , maka untuk memperoleh data yang dibutuhkan diperlukan tekhnik pengumpulan data yang khusus pula. Harus diingat bahwa peneliti adalah instrumen kunci bagi data yang akan dikumpulkan. Bagi penelitian kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik apakah dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam (in depth interview) dan diobservasi pada latar dimana fenomena tersebut sedang berlangsung. Oleh karena itu teknik wawancara dan observasi dalam penelitian kualitatif merupakan tekhnik yang paling sering digunakan.
Wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan, ada beberapa tahap wawancara;
1. menentukan siapa yang diwawancarai
2. mempersiapkan wawancara
3. gerakan awal
4. melakukan wawancara dan memelihara agart wawancara produktif
5. menghentikan wawncara dan memperoleh rangkuman hasil wawancara.
menurut Seidman terdapat tiga rangakian wawancara :1) wawancara yang mengungkap konteks pengalaman partisipan 2) wawancara yang memberikan kesempatan partisipan untuk merekonstruksi pengalamannya dan 3) wawancara yang mendorong partisipan untuk merefleksi makna dari pengalaman yang dimilikinya.
Adapun Observasi tekhnik ini sebenarnya pada awalnya sering digunakan dalam penelitian etnografi, yakni suatu studi tentang latar kultur suatu jenis kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain tujuan utama studi etnografi adalah upaya untuk memahami pengalaman dan cara pandang (Way of Life) masyarakat yang sedang diobservasi. Spradley mengatakan bahwa ada tiga aspek pengalaman manusia yang bisa diobservasi yakni apa yang dikerjakan (Culturl Behavior) apa yang diketahui (Cultural Knowledge) dan benda-benda apa yang dibuat dan dipergunkan (Cultural Artifacts) Setiap observasi berbeda-beda menurut derajat keterlibatan peneliti dalam latar penelitiannya. Menurut Spradley terdapat tiga derajat keterlibatan yaitu tanpa keterlibatan (No Involvement) keterlibatan rendah (Low) dan keterlibatan tinggi (High) Variasi ini tercermin dalam lima tingkat partisipasi, yaitu no partisipasi , partisipasi pasif, partisipasi moderat, partisipasi aktif adan partisipasi lengkap.
Selain kedua hal tersebut di atas dalam pengumpulan datanya peneliti dapt juga memperguankan tekhnik lainnya. Misalnya menggunakna tekhnik dokumentasi. Tekhnik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari seumber non insani. Sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman,. Lincoln dan Guba mengartikan rekaman sebagai tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya sautu peristiwa atau memenuhi accounting. Sedangkan dokumen digunakan untuk mengacu setiap tulisan atau bukan selain rekaman yaitu tidak dipersiapkan secar akhusus untuk tujuantertentu. Teerdapat bebrapa alasan mengapa tekhnik jenis ini dipergunakan dalam proses pengumpulan data. Pertama, sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu. kedua, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang stabil baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi di masa lampau maupun dapat dan dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan. ketiga, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya secra kontekstual relevan dan mendasar dalam konteksnya, keempat, sumber ini sering merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi akuntabilitas. Akhirnya sumber ini tidak seperti responden manusia, adalah nonreaktif.
Keterlibatan peneliti dalam obyek yang diamati tercermin dalam kegiatan peneliti dalam mengamati aktifitas-aktifitas manusia, karakteristik fisik situasi sosial dan bagaimana perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut. Menurut Spradley peneliti mulai dari observasi deskriptif secara luas, yaitu berusaha melukiskan secara umum situasi sosial dan apa yang terjadi disana. Kemudian setelah perekaman dan analisis data pertama, peneliti menyempitkan pengumpulasn datanya dan mulai melakukan observasi terfokus. dan akhirnya setelagh dilakukan lebih banyak lagi analisis dan observasi yang berulang-ulang dilapangna, peneliti dapat menyempitkan lagi penelitiannya dengan melakukan observasi selektif. Sekalipun demikian peneliti masih terus melakukan observasi deskriptif sampai akhir pengumpulan data.
Dalam penelitian etnographi, Spradley mengungkapkan bahwa setiap peneliti baik itu mahasiswa ataupun peneliti profesional haruslah memperhatikan beberapa etika yang harus dipatuhi di antaranya adalah:
a. Peneliti harus menjaga dan memelihara hak-hak, kepentingan dan sensitifitas informan. peneliti jangan memkasa untuk mengorek keterangan yang itu merupakan rahasia pribadi informan ketika ia merasa kebebratan untuk mengungkap kenyataan itu.
b. Penelitian harus dikomunikasikan secara obyektif pada informasn. Tujuan dari investigasi atau penelitian seharusnya disampaiakn sebaik mungkin kepada informan, sebab ia memiliki hak untuk mengetahui maksud-maksud yang ditetapkan adanya penelitian ini.
c. Peneliti harus menjaga kerahasiaan informan. sebab informan memiliki hak untuk dijaga kehormatan dan kemulyaannya. Hak ini harus dihormati baik dinyatakan secara jelas ataupun secara diam-diam peneliti telah merancang untuk itu.
d. Peneliti tidak boleh mengeksploitasi hal-hal yang terkait dengan informan untuk suatu kepentingan apapun terlebih untuk kepentingan ekonomis.
e. Terakhir peneliti seyogyanya membuat laporan yang bisa dibacakan atau diserahkan kepada informan tentang hasil penelitiannya untuk mendapatkan kesahihan data, obyektifitas dan penghargaan atas kerjasama selama ini.
Masih menurut Spradley dalam langkah analisis datanya, studi etnografi mengenal adanya empat macam analisis data. yakni analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial dan analisis tema budaya. Analisis adalah penelaahan untuk mencari pola (patterns) dalam etnografi yang dimaksud pola disini lebih mengacu pada pola budaya ( cultural pattern) bukan semata-mata situasi sosial suatu domain kultural (cultural domain) adalah kategori makna kukltural yang menyangkut kategori-kategori yang lebih kecil. Terdapat tiga elemen dasar domain, covere term, included term dan semantic relationship. Sebagaiman domain kultural suatu taksonomi adalah himpunan kategori-kategori yang diorganisir berdasarkan suatu semantic relationship . perbedaannya terletak pada rincinya hubungan semantic. Jadi sebenarnya taksonomi merupakan rincian dan domain kultural. Sementara itu analisis komponensial adalah penelahaan sistematik pada atribut-atribut (komponen dari makna) berkaitan dengan kategori-kategori kultural. apabila peneliti menemukan kontras-kontras antara anggota dalam domain, kontras-kontras tersebutdianggap merupakan atribut-atribut atau komponen dari makna. atribut dari semua kategori kultural dalam suatu domain dapat disajikan sebagai diagram yang disebut pardigma. Konsep tema budaya pertama klai diperkenalkan ke ilmu sosial oleh ahli antropologi yang bernama Moris Opler. Opler mendeskripsikan secara umum tentnag budaya Apache. Ia menytakan bahwa kita dapat memahami secar abaik pola umum dari suatu budaya dengan mengidentifikasi tema-tema yang berlangsung. Opler sebagaimana yang dikutip oleh Spradley mengatakan bahwa tema sebagai postulat atau posisi yang dinyatakan atau disiratkan dan biasanya perilaku pengendali atau aktifitas stimulasi, yang diakui secara tersembunyi atau ditampili secara terbuka dalam suatu masyarakat.
Salah satu di antara tekhnik penelitian yang paling penting dalam ilmu- ilmu sosial adalah analisis isi. Ia berusaha memahami data bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik akan tetapi sebagai gejala simbolik dan mendekati analisisnya dengan rendah hati. Analisis isi mempunyai pendekatan sendiri dalam menganalisis data. Secara umum pendekatan ini berasal dari cara memandang obyek analisisnya. Analisis isi adalah suatu tekhnik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Sebagai suatu tekhnik penelitian analisis isi mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemrosesan data ilmiah. Sebagaimana semua teknik penelitian ia bertujuan untuk memberikan pengetahuan , membuka wawasan baru, menyajikan fakta dan panduan praktis pelaksanaanya. Dengan demikian ia adalah alat.
Menilik sejarahnya embrio analisis isi bisa dirujuk pada sekitar tahun 1893 ketika beberapa surat kabar Amerika serikat mulai mendapatkan beberapa pertanyaan menggelitik dan perubahan pangsa pasar pembacanya yang mulai bergeser dari berita-berita politik keagamaan, seni dan lain-lain berubah pada berita-berita gosip, skandal dan olahraga. Nampaknya para jurnalis mulai mengamati beberapa kolom surat kabar dengan kualitas-kualitas tertentu yang ternyata menunjukkan hasil bahwa ada pergeseran minat baca orang antara koran yang menyajikan “kebenaran fakta” dengan keinginan-keinginan pembacanya akan berita-berita “demoralisasi” ”sikap tak sehat” dan hal-hal spele lainnya. Fenomena Inilah kemudian yang menarik beberapa peneliti untuk mencermati sekaligus mengembangkan adanya suatu tekhnik baru dalam memahami dan menjelaskan suatu fenomena sosial yang sama sekali tidak bisa dikuantifikasikan dalam bentuk perhitungan angka-angka statistik. Kemudian pada fase berikutnya analisis ini mulai lebih berkembang setidak-tidaknya disebabkan oleh bebrapa faktor berikut ini : perta, media komunikasi elektronik yang baru dan yang lebih unggul tidak dapat lagi diperlakukan sebagai perluasan dari surat kabar, kedua, periode yang mengikuti krisis ekonomi menimbulkan banyak masalah sosial dan politik yang menurut anggapan sementara kritikuks adalah akibat berita-berita yang disampaikan oleh mediamasaa elektronik, ketiga, kemunculan metode penelitian empiris dalam ilmu-ilmu sosial.
Tahap berikutnya analisis isi mulai merambah tidak hanya kehidupan sosial masyarakat akan tetapi mulai masuk dalm ilmu-ilmu psikologi. Dalam psikologi analisis isi menemukan tiga ranah aplikasi penting. Pertama, analisis isi terhadap rekaman verbal guna menemukan hal-hal yang bersifat motivasional, psikologis atau karakteristik-karakteristik kepribadian . Kedua, pemanfaatan data kualitatif yang dikumpulkan dalam bentuk jawaban atas pertanyaan terbuka respon verbal terhadap test dan konstruksi cerita dalam Test Bakat Tematis (Thematic Aptitude Test), ketiga, menyangkut proses-proses komunikasi dimana isi merupakan bagian integralnya.
Pada perkembangannya yang terakhir analisis isi mulai menemukan bentuk baru yakni dengan dikembangkannya suatu tekhnologi modern penggunaan komputer dalam aspek media surat kabar atau elektronik. Secara keseluruhan media menampakkan adanya peningkatan minat yang mencolok kepada translasi mekanik abstraksimekanik dan sistem pemanggilan kembali (retrieval) informasi. Bahasa komputer yang sangat cocok dengan pemrosesan data literal yang dikembangkan berbagai jurnal yang memusatkan perhatiannya kepada aplikas-aplikasi komputer dalam psikologi , ilmu-ilmu humanitas dan ilmu soisal bermunculan. Dokumen-dokumen tertulis yang seringkali bervolume besar harus dianalisis dan pengulangan tugas ini secara tak terrelakkan membutuhkan aplikasi komputer dalam analisis isi.
Analisis isi menempati kedudukan yang paling penting diantara berbagai metodologi penelitian. Ia mampu, pertama, menerima komunikasi simbolik yang relatif tidak terstruktur sebagai data dan kedua, menganalisi gejala yang tak teramati (Unobserved) melalui medium data yang berkaitan dengan gejala tersebut, tanpa menghiraukan bahas ayang digunakan. Karena sebagian besar proses sosial ditransaksikan melalui simbol-simbol maka analisis isi yang paling banyak diterapkan di dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu humanitas.
Ada beberapa bentuk klasifikasi tekhnik analilsi isi ini di antaranya menurut Jenis adalah sebagai berikut:
a. Analisis isi pragmatis, prosedur yangmengklasifikasikan tanda menurut sebab atau akibatnya yang mungkin. (Misalnya penghitungan berapa kali suatu kata diucapkan yang dapat mengakibatkan munculnya sikap suka terhadap suatu fenomena tertentu)
b. Analasis isi semantik , prosedur yang mengklasifikasikan tanda menurut maknanya (misalnya penghitungan berapa kali negara jerman dijadikan referensi, tidak jadi masalah kata apa yang dijadikan untuk menunjukkan referensi ini. Untuk analisis isi semantik terdapat tiga varian yakni;
1.Analisis penunjukkan (designation) menggambarkan frekuensi seberapa sering obyek tertentu (orang, benda, kelompok atau konsep) dirujuk, Analisis isi ini secara kasar disebut analisis pokok bahasan (subject-matter) misalnya referensi kepada kebijakan luar negeri Jerman.
2. Analisis pensifatan (attributions) menggambarkan frekuensi seberapa sering karakterisasi tertentu dirujuk (misalnya, referensi kepada ketidakkejujuran)
3. Analisis pernyataan (assertions) menggambarkan frekuensi seberapa sering obyek tertentu dikarakterisasikan secara khusus. Analisis ini secara kasar disebut analisis tematik. (misalnya, referensi kepada kebijakan luar negeri Jerman sebagai kebijakan yang tidak jujur)
c. Analisis sarana tanda (sign-vehicle) prosedur yang mengklasifikasikan isi menurut sifat psiko-fisik dari tanda (misalnya menghitung berapa kali kata “negara jerman” muncul)
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa dalam metode analisis isi ada beberapa tekhnik yang dapat dilakukan seseorang dalam kegiatan penelitiannya. Dalam artian setelah inferensi ditarik atau disimpulkan yakni setelah diketahui apa apa yang dimaksudkan oleh data atau apa yang diindikasikannya, seorang analis perlu :
-meringkas data agar apa yang direpresentasikannya dapat difahami, dinterpretasikan secara lebih baik atau dihubungkan dengan keperluan pemakai keputusan.
-menemukan berbagi pola dan keterkaitan dalam data yang sulit diamati dengan mata telanjang untuk menguji hipotesa rasional.
-menghubungkan data yang diperoleh dari analisis isi dengan data yang diperoleh dari metode-metode lain atau dari situasi lain untuk menguji kesahihan metode yang digunakan atau melengkapi informasi yang hilang.
Di antara tekhnik-tekhnik yang sering digunakan dalam kegiatan analisis isi antara lain tekhnik frekuensi, yakni sebuah bentuk representasi data yang paling umum, yang pada pokoknya membantu meringkaskan fungsi analisis berkaitan dengan frekuensi:frekuensi absolut, seperti jumlah kejadian yang ditemukan dalam sampel, atau frekuensi realtif, seperti persentase ukuran (size) sampel. Volume ukuran seperti jumlah inci kolom, waktu ruang atau indeks lain yang didsarkan atas frekuensi mempunyai status yang sama dalam anallisis isi dan tidak perlu dibedakan.
Bentuk lain dari teknik analisis isi adalah asosiasi, korelasi dan tabulasi silang ketiganya melihat hubungan antar berbagai variabel yang ada. Hubungan yang ada bisa mengambil bentuk dalam 2 kategori, pertama, didalam hasil analisis isi dan yang kedua adalah diantara hasil-hasil analisis isi dan data yang diperoleh secara independen. Beberapa tekhnik analisis isi menggunakan bentuk kesan, potret dan diskriminan sebagai alat analisisnya. Yakni suatu kegiatan analisis yang memusatkan diri kepad asebuah entitas, orang, ide, atau peristiwa khusus dan berusaha menyelidiki bagaimana hal itu digambarkan atau dikonseptualisasikan dan apa kesan simboliknya. Terdapat juga analisis kontingensi yang bertujuan untuk menginferensikan jaringan asosiasi sumber berdasarkan pola kookurensi berbagai simbol dalam pesan. Ia beranggapan bahwa simbol-simbol konsep-konsep atau ide-ide yang secara dekat diassosiasikan secara konseptual juga akan secara dekat dihubungkan secara statistik. Analisis kontingensi dimulai dengan sekelompok unit pencatatan yang masing-masing dikarakterisasikan dengan sekumpulan atribut yang ada atau tidak ada. Pemilihan unit-unit pencatatan penting asalkan sebuah unit harus cukup kaya secara informasional untuk memuat berbagai kookurensi.
Sementara dalam desain penelitiannya , analisis isi menggunakan rangkaian kegiatan berikut ini diantaranya ; pembentukan data, reduksi data, penarikan inferensi dan penganalisaan yang membantu analisis isi melakukan validasi langsung, pengujian kesesuaian hasilnya dengan metode lain. Desain dalam ranah epistemologi penelitian merupakan kerangka kerja prosedural dan langkah-langkah analitis dalam memproses informasi ilmiah. Dalam analisis isi, desain penelitian secara keseluruhan harus cocok dengan konteks data dan ada kecenderungan bersifat berangkai (sequently)Satu langkah diikuti dengna langkah lain dan keputusan-keputusan tentang satu prosedur tidak dibuat (dipertimbangkan) tergantung kepada hasil dari sebuah prosedur berikutnya.
Terdapat tiga tipe desain penelitian analisis isi, diantaranya adalah pertama, Desain untuk mengestimasikanbeberapa gejala dalam konteks data adalah sangat mendasar, desain tersebut sesuai dengan definisi analisis isi dan digunakan ketika analisis isi dipakai sebagai metode tunggal. Kedua, deain untuk menguji substitutabilitas sebuah metode analisis isi. Disini dua atau lebih metode diterapkan terhadap data yang sama tau data yang berbeda yang diperoleh dari situasi yang sama dengan tujuan menguji apakah kedua metode tersebut membawa hasil yang dapat diperbandingkan dan apabila lebih dari dua metode yang dipergunakan metode mana yang lebih baik.Ketiga, Desain untuk menguji hipotesa, yaitu sebuah desain penelitian yang digunakan untuk membandingkan hasil sebuah analisis isi dengan data yang diperoleh secara independen dan gejala yang tidak diinferensikan dengan menggunakan analisis isi. Sangat sering analisis isi hanya satu bagian dari usaha penelitian yang lebih luas, mungkin ada beberapa jenis data yang tersedia dan hanya sebagian yang tidak terstruktur atau menyangkut komunikasi simbolik yang harus dianalisis dengan analisis isi. Desain penelitian ini memberikan wawasan mengenai keterkaitan yang mungkin ada antara gejala yang mejadi perhatian analisis isi dari kondisi yang mengitarinya.
Terakhir sekali sebagai kesimpulan dari kajian metode penelitian kualitatif dan kuantitatif adalah bahwa ada perbedaan yang mencolok antara kedua metode itu diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tujuan utama dalam penelitian survey adalah menjelaskan gejala sosial , menguji teori membentuk fakta dan menunjukkan hubungan antar variabel. Sementara dalam penelitian kualitatif tujuan utamanya adalah memahami (verstehen) terhadap fenomena sosial dan mengembangkan konsep dengan grounded.
b. Proses yang digunakan bersift deduksi yaitu memverifikasi teori dengan mengembangkan hipotesa. Semenatra dalam penelitian kualitatif proses yang digunakan lebih bersifat induksi sehingga tidak ada teori yang dibuktikan atau tidak menguji hipotesa.
c. Dalam proses deduksi merupakan proses a priori tanpa empiri. Sementara dalam penelitian kualitatif proses induksi merupakan hipotesa proses a posteriori dan empirik
d. Fungsi teori dalam penelitian survei ada prinsip keterwakilan (representativeness) atau probabilitas dalam generalisasi hasil temuan, karena itu sampel sangat penting. Sementara dalam penelitian kualitatif tidak ada prinsip keterwakilan atau probabilitas sehingga masalah jumlah sampel tidak dipersoalkan.
e. Dalam penelitian survey yang menjadi instrumen utama adalah kuisioner, sementara dalam penelitian kualitatif peneliti menjadi instrumen paling utama
f. Tekhnik atau metode yang digunakan biasanya eksperimen , survey, wawancara berstruktur dan pengamatan berstruktur. Sementara tekhnik atau metoid eyang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah pengamatan terlibat, wawancara tak berstruktur (terbuka dan mendalam) life histori, dokumen dan sebagainya.
Akhir dari sebuah penelitian adalah pelaporan dalm bentuk tertulis. Kegiatan pelaporan/penulisan laporan penelitian ditentukan menurut jenis penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti. Pada penelitian kualitatif, Bogdan dan Biklen mengatakan bahwa sebaiknya laporan penelitian harus memiliki fokus yang jelas. Laporan yang baik memiliki struktur koheren dan bentuk yang dapat memenuhi maksud yang tercermin dalam fokus. Sehubungan dengan itu Moleong menambahkan bahwa menyusun laporan sebaiknya terdiri atas: a) Latar belakang masalah dan tujuan b) penelaahan kepustakaan c) metodologi d) penyajian data e) tekhnik pemeriksaan kesahihan data f) kesimpulan dan rekomendasi.
Menurut Lincoln dan Guba terdapat tiga tugas pengorganisasian dalam penelitian kualitatif, yaitu;
a) penyusunan indeks materi-materi data sehingga dapat diangkat kembali secara tepat apabila diperluakan . Tugas-tugas ini sebagian besar diselesaikan melalui pemrosesan data, kategori-kategori yang mencakup semua rekaman yang relevan, memberikan kerangka seluruhnya untuk mengakses data yang teredia dan memberikan sarana yang mudah untuk mengakses data asli yang ditulis dalam kartu rekaman.
b) Pembuatan kerangka (Outlines) laporan sementara. Kerangka ini dipesiapkan dalam framework konsep yang sangat pemula yang disusun agak bersifat intuitif oleh peneliti. Kerangka ini dibuat dengan menyadari sepenuhnya bahwa akan terjadi revisi secara dramatik dalam proses penulisannya. Namun kerangka ini perlu dibuat untuk menjaga agar semua informasi yang ada dapat terwadahi dalam laporan ini
c) Mengadakan rujuk silang (cross-reference) pada bahan-bahan yang diberikan indeks ke kerangka sementara. Tugas ini memamakan banyak energi dan membosankan, akan tetapi harus dilaksankan karena peneliti sangat tergantung dari pekerjaan perujukan silang ini untuk menemukan bahan-bahan yang ditulis.


RESUME METODOLOGI PENELITIAN

A. METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang temuannya diperoleh berdasarkan paradigma, strategi dan implementasi model secara kualitatif. Perspektif, strategi dan model yang dikembangkan sangat beragam. Meskipun demikian berbagai bentuk penelitian yang diorientasikan pada metodologi kualitatif memiliki beberapa kesamaan. Dinyatakan demikian karena secara umum dalam penelitian kualitatif :
a) data disikapi sebagai data verbal atau sebagai sesuatu yang dapat ditranposisikan sebagai data verbal,
b) diorientasikan pada pemahaman makna (verstehen) baik itu merujuk pada ciri, hubungan sistem, konsepsi, nilai kaidah dan abstraksi formulasi pemahaman atau salah satunya
c) mengutamakan hubungan secara langsung antara peneliti dengan dunia yang diteliti dan
d) mengutamakan peran peneliti sebagai instrumen kunci.
Menurut Bogdad dan Biklen penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Penelitian kualitatif menggunakan latar alami (natural setting) sebagi sumber data langsung dan peneliti sendiri merupakan instrumen kunci.
b. Penelitian kualitaif bersifat deskriptif
c. dalam penelitian kualitatif proses lebih dipentingkan daripada hasil
d. Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara induktif.
e. Makna merupakan hal yang essensial dalam penelitian kualitatif.
Sementara dalam model-modelnya ada enam model pendekatan yang bisa digunakan dalam penelitian kualitatif. Yakni: Etnografi, Studi kasus, grounded Teori, Penelitian Interaktif, Penelitian Ekologikal dan Penelitian masa depan.
Penelitian kualitatif secara etimologis menolak faham “kesatuan ilmu” dan menganggap essensi ilmu sosial berbeda dengan Ilmu alam, maka oleh karena itu metode ilmu fisika tidak dapat ditransfer dalam metode ilmu-ilmu sosial. Disisi lain akibat begitu menonjolnya fenomena tingkah laku manusia yang bersifat unik, maka metode ‘verstehen’ merupakan kunci utama untuk memperoleh pengetahuan dalam ilmu sosial. Demikian pula pada dasarnya perilaku manusia tidak teratur dan tidak berulang (uniform) oleh karena itu tidak dapat diukur atau diramalkan secara mekanik sebagaimana benda mati. Sementara persoalan ‘makna’ menjadi isu sentral pemahaman untuk mengerti gejala sosial dalam artian peneliti harus mengutamakan masalah yang bersifat implisit dari pada yang eksplisit. Sisi lain yang menjadi tipe utama penelitian jenis ini adalah bahwa Interpretasi atas perilaku manusia tidak bersifat kausal dan tidak dapat dijelaskan melalui hukum yang permanen atas generalisasi umum. Maksudnya adalah bahwa perilaku manusia tidak bisa difahami dengan mengikuti suatu teori tertentu untuk menunjuk adanya suatu fenomena tertentu yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Peneliti harus menganggapnya sebagai kenyataan yang mandiri yang harus diungkap dan difahami kenyataan yang melingkupi di sekitar fenomena tersebut. Demikian juga dalam penelitian kualitatif realitas sosial adalah sesuatu yang cair dan mudah berubah melalui interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan manusia yang menentukan struktur dan bukan sebaliknya struktur yang menentukan tindakan manusia. Struktur sosial sekedar meruapan konstruksi sosial dan dapat dinegoisasikan . Struktur sosial bersifat rentan, tidak permanen, dan artifisial.
Sisi lain yang merupakan karakteristik penelitian kualitatif dibandingkan penelitian yang lainnya adalah dari segi misi yang diembannya. Adapun misi penelitian kualitatif adalah : Misi Deskripsi, yang tujuannya dalah mendeskripsikan suatu latar yang sangat kompleks , memfokuskan pada proses-proses interaksi antar manusia dan menelaah secara rinci dan mendalam terhadap kasus-kasus tertentu. Misi pengembangan teori, arah misi ini nampak pada saat peneliti mengumpulkan data dan menggunakan sejumlah waktunya dengan subyek. Misi evaluasi, digunakan untuk mendeskripsikan dokumen dan atau melakukan asesmen terhadap suatu perubahan program suatu jenis kegiatan organisasi. Misi pemecahan masalah, yakni penelitian yang memiliki tujuan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat individual maupun sosial yang berkembang di masyarakat. Misi Assesmen terhadap kebijakan, misi ini lebih sering disebut dengan istilah Penelitian Kebijakan (Policy Research) atau Analisis Kebijakan (Policy Analysis), dalam penelitian jenis ini pilihan kebijakan merupakan suatu rumusan kebijakan yang diusulkan untuk diterapkan pada satuan organisasi atau bisa juga berupa tindakan yang harus dikerjakan sekarang juga.
Mengingat kepeduliannya pada kedalaman makna ketimbang pada keluasan informasi, maka pada penelitian kualitatif dirasa amat cocok digunakan untuk memperoleh pemahaman terdalam atas fenomena sosial yang kompleks atau untuk mencuatkan isu baru serta memperoleh pemahaman baru mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi fenomena sosial yang ada. Melalui penelitian kualitatif yang kritis, akan dapat diperoleh gambaran yang akurat mengenai sikap, pandangan dan perilaku dari orang-orang yang menjadi target penelitian.
Dalam hal prosedur menjalankan penelitian kualitatif ini, ada banyak ragam yang berkembang dalam konteks implementasinya. Oleh karenanya tidak bisa ditentukan secara baku dan limit tentang model dan prosedur yang pasti dalam jenis penelitian ini. Setiap prosedur mengikuti model dan jenis penelitiannya, sehingga seperti penelitian etnografi, studi kasus, penelitian grounded dan penelitian tindakan/Participation Action Research (PAR) prosedur yang dilaluinyapun pasti berbeda-beda.
Oleh karena sifatnya yang khas, maka dalam penelitian kualitatif ini banyak ditemukan berbagai kendala yang menghambat peneliti dalam melakukan tugas penelitiannya. Lincoln dan Guba telah mendiagnosa tiga hal yang seringkali menghantui para peneliti ketika mereka mendesain penelitian kualitatif ini di lapangan. Pertama, pengelolaan konflik antara paradigma dan kepentingan kontrak. Hampir semua inkuiri apakah penelitian, evaluasi ataukah analisis kebijakan dilakukan atas dasar kontrak dengan lembaga , kelompok ataupun individual yang memiliki power untuk mendukung ataupun menolak proyek penelitian. Di satu fihak peneliti harus menjaga integritas atau paradigma penelitiannya. Di sinilah perlu adanya negoisasi kembali antara sponsor dan peneliti. Kedua, Masalah-masalah desain, terdapat sejumlah aspek desain naturalistik yang menghadapi masalah dalam implementasinya, pertama, adanya sampling purposif menyebabkan peneliti mengurangi kebebasan bagi informan, sehingga mungkin menyebabkan perasaan cemas bagi informasi kurangnya otonomi. kedua, karena desain penelitian naturalistik adalah emergent maka pengelolaan waktu merupakan masalah yang besar karena jadwal waktu sering tak terkontrol. Ketiga, kesulitan bagi peneliti untuk menemukan kesimbangan antara usaha mempertahankan fokus penelitian sambil mempertahankan penghentian secara prematur di satu fihak dan perubahan-perubahan yang semestinya tidak boleh terjadi di lain fihak, Adapun yang terakhir adalah pengelolaan masalah lapangan, yang dimaksud di sini adalah hal-hal yang mungkin muncul berkenaan dengan kondisi eksternal penelitian itu sendiri seperti bagaimana memperoleh ijin penelitian, cara menangani persoalan logistik, cara menjaga atau memelihara alat-alat rekam dan sebagainya dan tidak lupa kondisi psikis penelitian juga amat menentukan dalam keberhasilan penelitiannya
Dalam penelitian kualitatif, data seringkali tidak berupa data fisik atau benda, akan tetapi yang sering adalah data berupa lesan atau sikap dari suatu individu atau kelompok soial masyarakat. Oleh karena sifatnya yang sedemiian khas ini , maka untuk memperoleh data yang dibutuhkan diperlukan tekhnik pengumpulan data yang khusus pula. Harus diingat bahwa peneliti adalah instrumen kunci bagi data yang akan dikumpulkan. Bagi penelitian kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik apakah dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam (in depth interview) dan diobservasi pada latar dimana fenomena tersebut sedang berlangsung. Oleh karena itu teknik wawancara dan observasi dalam penelitian kualitatif merupakan tekhnik yang paling sering digunakan.
Wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan, ada beberapa tahap wawancara;
1. menentukan siapa yang diwawancarai
2. mempersiapkan wawancara
3. gerakan awal
4. melakukan wawancara dan memelihara agart wawancara produktif
5. menghentikan wawncara dan memperoleh rangkuman hasil wawancara.
menurut Seidman terdapat tiga rangakian wawancara :1) wawancara yang mengungkap konteks pengalaman partisipan 2) wawancara yang memberikan kesempatan partisipan untuk merekonstruksi pengalamannya dan 3) wawancara yang mendorong partisipan untuk merefleksi makna dari pengalaman yang dimilikinya.
Adapun Observasi tekhnik ini sebenarnya pada awalnya sering digunakan dalam penelitian etnografi, yakni suatu studi tentang latar kultur suatu jenis kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain tujuan utama studi etnografi adalah upaya untuk memahami pengalaman dan cara pandang (Way of Life) masyarakat yang sedang diobservasi. Spradley mengatakan bahwa ada tiga aspek pengalaman manusia yang bisa diobservasi yakni apa yang dikerjakan (Culturl Behavior) apa yang diketahui (Cultural Knowledge) dan benda-benda apa yang dibuat dan dipergunkan (Cultural Artifacts) Setiap observasi berbeda-beda menurut derajat keterlibatan peneliti dalam latar penelitiannya. Menurut Spradley terdapat tiga derajat keterlibatan yaitu tanpa keterlibatan (No Involvement) keterlibatan rendah (Low) dan keterlibatan tinggi (High) Variasi ini tercermin dalam lima tingkat partisipasi, yaitu no partisipasi , partisipasi pasif, partisipasi moderat, partisipasi aktif adan partisipasi lengkap.
Selain kedua hal tersebut di atas dalam pengumpulan datanya peneliti dapt juga memperguankan tekhnik lainnya. Misalnya menggunakna tekhnik dokumentasi. Tekhnik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari seumber non insani. Sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman,. Lincoln dan Guba mengartikan rekaman sebagai tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya sautu peristiwa atau memenuhi accounting. Sedangkan dokumen digunakan untuk mengacu setiap tulisan atau bukan selain rekaman yaitu tidak dipersiapkan secar akhusus untuk tujuantertentu. Teerdapat bebrapa alasan mengapa tekhnik jenis ini dipergunakan dalam proses pengumpulan data. Pertama, sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu. kedua, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang stabil baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi di masa lampau maupun dapat dan dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan. ketiga, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya secra kontekstual relevan dan mendasar dalam konteksnya, keempat, sumber ini sering merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi akuntabilitas. Akhirnya sumber ini tidak seperti responden manusia, adalah nonreaktif.
Keterlibatan peneliti dalam obyek yang diamati tercermin dalam kegiatan peneliti dalam mengamati aktifitas-aktifitas manusia, karakteristik fisik situasi sosial dan bagaimana perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut. Menurut Spradley peneliti mulai dari observasi deskriptif secara luas, yaitu berusaha melukiskan secara umum situasi sosial dan apa yang terjadi disana. Kemudian setelah perekaman dan analisis data pertama, peneliti menyempitkan pengumpulasn datanya dan mulai melakukan observasi terfokus. dan akhirnya setelagh dilakukan lebih banyak lagi analisis dan observasi yang berulang-ulang dilapangna, peneliti dapat menyempitkan lagi penelitiannya dengan melakukan observasi selektif. Sekalipun demikian peneliti masih terus melakukan observasi deskriptif sampai akhir pengumpulan data.
Dalam penelitian etnographi, Spradley mengungkapkan bahwa setiap peneliti baik itu mahasiswa ataupun peneliti profesional haruslah memperhatikan beberapa etika yang harus dipatuhi di antaranya adalah:
a. Peneliti harus menjaga dan memelihara hak-hak, kepentingan dan sensitifitas informan. peneliti jangan memkasa untuk mengorek keterangan yang itu merupakan rahasia pribadi informan ketika ia merasa kebebratan untuk mengungkap kenyataan itu.
b. Penelitian harus dikomunikasikan secara obyektif pada informasn. Tujuan dari investigasi atau penelitian seharusnya disampaiakn sebaik mungkin kepada informan, sebab ia memiliki hak untuk mengetahui maksud-maksud yang ditetapkan adanya penelitian ini.
c. Peneliti harus menjaga kerahasiaan informan. sebab informan memiliki hak untuk dijaga kehormatan dan kemulyaannya. Hak ini harus dihormati baik dinyatakan secara jelas ataupun secara diam-diam peneliti telah merancang untuk itu.
d. Peneliti tidak boleh mengeksploitasi hal-hal yang terkait dengan informan untuk suatu kepentingan apapun terlebih untuk kepentingan ekonomis.
e. Terakhir peneliti seyogyanya membuat laporan yang bisa dibacakan atau diserahkan kepada informan tentang hasil penelitiannya untuk mendapatkan kesahihan data, obyektifitas dan penghargaan atas kerjasama selama ini.
Masih menurut Spradley dalam langkah analisis datanya, studi etnografi mengenal adanya empat macam analisis data. yakni analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial dan analisis tema budaya. Analisis adalah penelaahan untuk mencari pola (patterns) dalam etnografi yang dimaksud pola disini lebih mengacu pada pola budaya ( cultural pattern) bukan semata-mata situasi sosial suatu domain kultural (cultural domain) adalah kategori makna kukltural yang menyangkut kategori-kategori yang lebih kecil. Terdapat tiga elemen dasar domain, covere term, included term dan semantic relationship. Sebagaiman domain kultural suatu taksonomi adalah himpunan kategori-kategori yang diorganisir berdasarkan suatu semantic relationship . perbedaannya terletak pada rincinya hubungan semantic. Jadi sebenarnya taksonomi merupakan rincian dan domain kultural. Sementara itu analisis komponensial adalah penelahaan sistematik pada atribut-atribut (komponen dari makna) berkaitan dengan kategori-kategori kultural. apabila peneliti menemukan kontras-kontras antara anggota dalam domain, kontras-kontras tersebutdianggap merupakan atribut-atribut atau komponen dari makna. atribut dari semua kategori kultural dalam suatu domain dapat disajikan sebagai diagram yang disebut pardigma. Konsep tema budaya pertama klai diperkenalkan ke ilmu sosial oleh ahli antropologi yang bernama Moris Opler. Opler mendeskripsikan secara umum tentnag budaya Apache. Ia menytakan bahwa kita dapat memahami secar abaik pola umum dari suatu budaya dengan mengidentifikasi tema-tema yang berlangsung. Opler sebagaimana yang dikutip oleh Spradley mengatakan bahwa tema sebagai postulat atau posisi yang dinyatakan atau disiratkan dan biasanya perilaku pengendali atau aktifitas stimulasi, yang diakui secara tersembunyi atau ditampili secara terbuka dalam suatu masyarakat.
Salah satu di antara tekhnik penelitian yang paling penting dalam ilmu- ilmu sosial adalah analisis isi. Ia berusaha memahami data bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik akan tetapi sebagai gejala simbolik dan mendekati analisisnya dengan rendah hati. Analisis isi mempunyai pendekatan sendiri dalam menganalisis data. Secara umum pendekatan ini berasal dari cara memandang obyek analisisnya. Analisis isi adalah suatu tekhnik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Sebagai suatu tekhnik penelitian analisis isi mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemrosesan data ilmiah. Sebagaimana semua teknik penelitian ia bertujuan untuk memberikan pengetahuan , membuka wawasan baru, menyajikan fakta dan panduan praktis pelaksanaanya. Dengan demikian ia adalah alat.
Menilik sejarahnya embrio analisis isi bisa dirujuk pada sekitar tahun 1893 ketika beberapa surat kabar Amerika serikat mulai mendapatkan beberapa pertanyaan menggelitik dan perubahan pangsa pasar pembacanya yang mulai bergeser dari berita-berita politik keagamaan, seni dan lain-lain berubah pada berita-berita gosip, skandal dan olahraga. Nampaknya para jurnalis mulai mengamati beberapa kolom surat kabar dengan kualitas-kualitas tertentu yang ternyata menunjukkan hasil bahwa ada pergeseran minat baca orang antara koran yang menyajikan “kebenaran fakta” dengan keinginan-keinginan pembacanya akan berita-berita “demoralisasi” ”sikap tak sehat” dan hal-hal spele lainnya. Fenomena Inilah kemudian yang menarik beberapa peneliti untuk mencermati sekaligus mengembangkan adanya suatu tekhnik baru dalam memahami dan menjelaskan suatu fenomena sosial yang sama sekali tidak bisa dikuantifikasikan dalam bentuk perhitungan angka-angka statistik. Kemudian pada fase berikutnya analisis ini mulai lebih berkembang setidak-tidaknya disebabkan oleh bebrapa faktor berikut ini : perta, media komunikasi elektronik yang baru dan yang lebih unggul tidak dapat lagi diperlakukan sebagai perluasan dari surat kabar, kedua, periode yang mengikuti krisis ekonomi menimbulkan banyak masalah sosial dan politik yang menurut anggapan sementara kritikuks adalah akibat berita-berita yang disampaikan oleh mediamasaa elektronik, ketiga, kemunculan metode penelitian empiris dalam ilmu-ilmu sosial.
Tahap berikutnya analisis isi mulai merambah tidak hanya kehidupan sosial masyarakat akan tetapi mulai masuk dalm ilmu-ilmu psikologi. Dalam psikologi analisis isi menemukan tiga ranah aplikasi penting. Pertama, analisis isi terhadap rekaman verbal guna menemukan hal-hal yang bersifat motivasional, psikologis atau karakteristik-karakteristik kepribadian . Kedua, pemanfaatan data kualitatif yang dikumpulkan dalam bentuk jawaban atas pertanyaan terbuka respon verbal terhadap test dan konstruksi cerita dalam Test Bakat Tematis (Thematic Aptitude Test), ketiga, menyangkut proses-proses komunikasi dimana isi merupakan bagian integralnya.
Pada perkembangannya yang terakhir analisis isi mulai menemukan bentuk baru yakni dengan dikembangkannya suatu tekhnologi modern penggunaan komputer dalam aspek media surat kabar atau elektronik. Secara keseluruhan media menampakkan adanya peningkatan minat yang mencolok kepada translasi mekanik abstraksimekanik dan sistem pemanggilan kembali (retrieval) informasi. Bahasa komputer yang sangat cocok dengan pemrosesan data literal yang dikembangkan berbagai jurnal yang memusatkan perhatiannya kepada aplikas-aplikasi komputer dalam psikologi , ilmu-ilmu humanitas dan ilmu soisal bermunculan. Dokumen-dokumen tertulis yang seringkali bervolume besar harus dianalisis dan pengulangan tugas ini secara tak terrelakkan membutuhkan aplikasi komputer dalam analisis isi.
Analisis isi menempati kedudukan yang paling penting diantara berbagai metodologi penelitian. Ia mampu, pertama, menerima komunikasi simbolik yang relatif tidak terstruktur sebagai data dan kedua, menganalisi gejala yang tak teramati (Unobserved) melalui medium data yang berkaitan dengan gejala tersebut, tanpa menghiraukan bahas ayang digunakan. Karena sebagian besar proses sosial ditransaksikan melalui simbol-simbol maka analisis isi yang paling banyak diterapkan di dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu humanitas.
Ada beberapa bentuk klasifikasi tekhnik analilsi isi ini di antaranya menurut Jenis adalah sebagai berikut:
a. Analisis isi pragmatis, prosedur yangmengklasifikasikan tanda menurut sebab atau akibatnya yang mungkin. (Misalnya penghitungan berapa kali suatu kata diucapkan yang dapat mengakibatkan munculnya sikap suka terhadap suatu fenomena tertentu)
b. Analasis isi semantik , prosedur yang mengklasifikasikan tanda menurut maknanya (misalnya penghitungan berapa kali negara jerman dijadikan referensi, tidak jadi masalah kata apa yang dijadikan untuk menunjukkan referensi ini. Untuk analisis isi semantik terdapat tiga varian yakni;
1.Analisis penunjukkan (designation) menggambarkan frekuensi seberapa sering obyek tertentu (orang, benda, kelompok atau konsep) dirujuk, Analisis isi ini secara kasar disebut analisis pokok bahasan (subject-matter) misalnya referensi kepada kebijakan luar negeri Jerman.
2. Analisis pensifatan (attributions) menggambarkan frekuensi seberapa sering karakterisasi tertentu dirujuk (misalnya, referensi kepada ketidakkejujuran)
3. Analisis pernyataan (assertions) menggambarkan frekuensi seberapa sering obyek tertentu dikarakterisasikan secara khusus. Analisis ini secara kasar disebut analisis tematik. (misalnya, referensi kepada kebijakan luar negeri Jerman sebagai kebijakan yang tidak jujur)
c. Analisis sarana tanda (sign-vehicle) prosedur yang mengklasifikasikan isi menurut sifat psiko-fisik dari tanda (misalnya menghitung berapa kali kata “negara jerman” muncul)
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa dalam metode analisis isi ada beberapa tekhnik yang dapat dilakukan seseorang dalam kegiatan penelitiannya. Dalam artian setelah inferensi ditarik atau disimpulkan yakni setelah diketahui apa apa yang dimaksudkan oleh data atau apa yang diindikasikannya, seorang analis perlu :
-meringkas data agar apa yang direpresentasikannya dapat difahami, dinterpretasikan secara lebih baik atau dihubungkan dengan keperluan pemakai keputusan.
-menemukan berbagi pola dan keterkaitan dalam data yang sulit diamati dengan mata telanjang untuk menguji hipotesa rasional.
-menghubungkan data yang diperoleh dari analisis isi dengan data yang diperoleh dari metode-metode lain atau dari situasi lain untuk menguji kesahihan metode yang digunakan atau melengkapi informasi yang hilang.
Di antara tekhnik-tekhnik yang sering digunakan dalam kegiatan analisis isi antara lain tekhnik frekuensi, yakni sebuah bentuk representasi data yang paling umum, yang pada pokoknya membantu meringkaskan fungsi analisis berkaitan dengan frekuensi:frekuensi absolut, seperti jumlah kejadian yang ditemukan dalam sampel, atau frekuensi realtif, seperti persentase ukuran (size) sampel. Volume ukuran seperti jumlah inci kolom, waktu ruang atau indeks lain yang didsarkan atas frekuensi mempunyai status yang sama dalam anallisis isi dan tidak perlu dibedakan.
Bentuk lain dari teknik analisis isi adalah asosiasi, korelasi dan tabulasi silang ketiganya melihat hubungan antar berbagai variabel yang ada. Hubungan yang ada bisa mengambil bentuk dalam 2 kategori, pertama, didalam hasil analisis isi dan yang kedua adalah diantara hasil-hasil analisis isi dan data yang diperoleh secara independen. Beberapa tekhnik analisis isi menggunakan bentuk kesan, potret dan diskriminan sebagai alat analisisnya. Yakni suatu kegiatan analisis yang memusatkan diri kepad asebuah entitas, orang, ide, atau peristiwa khusus dan berusaha menyelidiki bagaimana hal itu digambarkan atau dikonseptualisasikan dan apa kesan simboliknya. Terdapat juga analisis kontingensi yang bertujuan untuk menginferensikan jaringan asosiasi sumber berdasarkan pola kookurensi berbagai simbol dalam pesan. Ia beranggapan bahwa simbol-simbol konsep-konsep atau ide-ide yang secara dekat diassosiasikan secara konseptual juga akan secara dekat dihubungkan secara statistik. Analisis kontingensi dimulai dengan sekelompok unit pencatatan yang masing-masing dikarakterisasikan dengan sekumpulan atribut yang ada atau tidak ada. Pemilihan unit-unit pencatatan penting asalkan sebuah unit harus cukup kaya secara informasional untuk memuat berbagai kookurensi.
Sementara dalam desain penelitiannya , analisis isi menggunakan rangkaian kegiatan berikut ini diantaranya ; pembentukan data, reduksi data, penarikan inferensi dan penganalisaan yang membantu analisis isi melakukan validasi langsung, pengujian kesesuaian hasilnya dengan metode lain. Desain dalam ranah epistemologi penelitian merupakan kerangka kerja prosedural dan langkah-langkah analitis dalam memproses informasi ilmiah. Dalam analisis isi, desain penelitian secara keseluruhan harus cocok dengan konteks data dan ada kecenderungan bersifat berangkai (sequently)Satu langkah diikuti dengna langkah lain dan keputusan-keputusan tentang satu prosedur tidak dibuat (dipertimbangkan) tergantung kepada hasil dari sebuah prosedur berikutnya.
Terdapat tiga tipe desain penelitian analisis isi, diantaranya adalah pertama, Desain untuk mengestimasikanbeberapa gejala dalam konteks data adalah sangat mendasar, desain tersebut sesuai dengan definisi analisis isi dan digunakan ketika analisis isi dipakai sebagai metode tunggal. Kedua, deain untuk menguji substitutabilitas sebuah metode analisis isi. Disini dua atau lebih metode diterapkan terhadap data yang sama tau data yang berbeda yang diperoleh dari situasi yang sama dengan tujuan menguji apakah kedua metode tersebut membawa hasil yang dapat diperbandingkan dan apabila lebih dari dua metode yang dipergunakan metode mana yang lebih baik.Ketiga, Desain untuk menguji hipotesa, yaitu sebuah desain penelitian yang digunakan untuk membandingkan hasil sebuah analisis isi dengan data yang diperoleh secara independen dan gejala yang tidak diinferensikan dengan menggunakan analisis isi. Sangat sering analisis isi hanya satu bagian dari usaha penelitian yang lebih luas, mungkin ada beberapa jenis data yang tersedia dan hanya sebagian yang tidak terstruktur atau menyangkut komunikasi simbolik yang harus dianalisis dengan analisis isi. Desain penelitian ini memberikan wawasan mengenai keterkaitan yang mungkin ada antara gejala yang mejadi perhatian analisis isi dari kondisi yang mengitarinya.
Terakhir sekali sebagai kesimpulan dari kajian metode penelitian kualitatif dan kuantitatif adalah bahwa ada perbedaan yang mencolok antara kedua metode itu diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tujuan utama dalam penelitian survey adalah menjelaskan gejala sosial , menguji teori membentuk fakta dan menunjukkan hubungan antar variabel. Sementara dalam penelitian kualitatif tujuan utamanya adalah memahami (verstehen) terhadap fenomena sosial dan mengembangkan konsep dengan grounded.
b. Proses yang digunakan bersift deduksi yaitu memverifikasi teori dengan mengembangkan hipotesa. Semenatra dalam penelitian kualitatif proses yang digunakan lebih bersifat induksi sehingga tidak ada teori yang dibuktikan atau tidak menguji hipotesa.
c. Dalam proses deduksi merupakan proses a priori tanpa empiri. Sementara dalam penelitian kualitatif proses induksi merupakan hipotesa proses a posteriori dan empirik
d. Fungsi teori dalam penelitian survei ada prinsip keterwakilan (representativeness) atau probabilitas dalam generalisasi hasil temuan, karena itu sampel sangat penting. Sementara dalam penelitian kualitatif tidak ada prinsip keterwakilan atau probabilitas sehingga masalah jumlah sampel tidak dipersoalkan.
e. Dalam penelitian survey yang menjadi instrumen utama adalah kuisioner, sementara dalam penelitian kualitatif peneliti menjadi instrumen paling utama
f. Tekhnik atau metode yang digunakan biasanya eksperimen , survey, wawancara berstruktur dan pengamatan berstruktur. Sementara tekhnik atau metoid eyang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah pengamatan terlibat, wawancara tak berstruktur (terbuka dan mendalam) life histori, dokumen dan sebagainya.
Akhir dari sebuah penelitian adalah pelaporan dalm bentuk tertulis. Kegiatan pelaporan/penulisan laporan penelitian ditentukan menurut jenis penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti. Pada penelitian kualitatif, Bogdan dan Biklen mengatakan bahwa sebaiknya laporan penelitian harus memiliki fokus yang jelas. Laporan yang baik memiliki struktur koheren dan bentuk yang dapat memenuhi maksud yang tercermin dalam fokus. Sehubungan dengan itu Moleong menambahkan bahwa menyusun laporan sebaiknya terdiri atas: a) Latar belakang masalah dan tujuan b) penelaahan kepustakaan c) metodologi d) penyajian data e) tekhnik pemeriksaan kesahihan data f) kesimpulan dan rekomendasi.
Menurut Lincoln dan Guba terdapat tiga tugas pengorganisasian dalam penelitian kualitatif, yaitu;
a) penyusunan indeks materi-materi data sehingga dapat diangkat kembali secara tepat apabila diperluakan . Tugas-tugas ini sebagian besar diselesaikan melalui pemrosesan data, kategori-kategori yang mencakup semua rekaman yang relevan, memberikan kerangka seluruhnya untuk mengakses data yang teredia dan memberikan sarana yang mudah untuk mengakses data asli yang ditulis dalam kartu rekaman.
b) Pembuatan kerangka (Outlines) laporan sementara. Kerangka ini dipesiapkan dalam framework konsep yang sangat pemula yang disusun agak bersifat intuitif oleh peneliti. Kerangka ini dibuat dengan menyadari sepenuhnya bahwa akan terjadi revisi secara dramatik dalam proses penulisannya. Namun kerangka ini perlu dibuat untuk menjaga agar semua informasi yang ada dapat terwadahi dalam laporan ini
c) Mengadakan rujuk silang (cross-reference) pada bahan-bahan yang diberikan indeks ke kerangka sementara. Tugas ini memamakan banyak energi dan membosankan, akan tetapi harus dilaksankan kjarena peneliti sangat tergantung dari pekerjaan perujukan silang ini untuk menemukan bahan-bahan yang ditulis.



Kamis, 20 Mei 2010

Judul Skripsi Pendidikan Bimbingan Konseling

  • Peranan Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Siswa Kelas X Semester Genap SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung
  • Peranan Guru Bimbingan Konseling Dalam Membina Kesehatan Mental Siswa Kelas VII SMA Negeri..... Bandar Lampung
  • HUB. ANTARA BIMBINGAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELASI I SMUN 8 SURABAYA (2001)
  • HUB. KONDISI KERUKUNAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS II SMU SEJAHTERA 1 SURABAYA (2000)
  • TANGGAPAN ORANG TUA SISWA TERHADAP MAKNA BIMBINGAN DAN KONSELING DI SLTP N 2 BEJI PASURUAN (2002)
  • HUB. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PEMAHAMAN AJARAN AGAMA ISLAM PADA ANAK DIDIK SLTPN 21 SURABAYA (2000)
  • PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DI SMU AL ISLAMIYAH PUTAT TANGGULANGIN (2002)
  • HUB. BIMBINGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS II SLTP JALAN JAWA SURABAYA (2002)
  • HUB. LAYANAN INFORMASI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SLTPN KRISTEN PETRA I SURABAYA (2001)
  • PENGARUH PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING ORANG TUA ANAK LUAR BIASA TERHADAP PRESTASI BELAJAR DI SLB BHAKTI LUHUR MALANG (2003)
  • PERANAN GURU SEBAGAI PROFESIONALISME DALAM MENDIDIK MEMBIMBING DAN MENGAJAR SISWA DI SLTP TAMAN SISWA PRIGEN PASURUAN (2002)
  • PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ALB TERHADAP PERUBAHAN TINGKAH LAKU SISWA SLTP/LB BHAKTI LUHUR MALANG (2003)
  • PENGARUH EKONOMI KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SMP TAMAN DEWASA PRIGEN (2002)
  • HUB. BIMBINGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS II SLTP ”YOPI” SURABAYA (2002)
  • HUB. ANTARA KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS II SLTP PGRI 1 SURABAYA (2001)
  • STUDI LAYANAN INFORMASI DAN ORIENTASI SEBELUM PRAKTEK KLINIK TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI LAYANAN KEBINAAN DI AKBID DEPKES SUTOMO SURABAYA (2001)
  • HUB. KEGMARAN MENDENGARKAN MUSIK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS II DALAM BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS DI SMK PAWIYATAN SURABAYA (2002)
  • HUB. AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS II A SLTP JALAN JAWA KOTAMADYA SURABAYA (2002)
  • HUB. AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SLTP GEMA 45 SURABAYA (2002)
  • PENGARUH LAYANAN INFORMASI BIDANG BIMBINGAN BELAJAR MAHASISWA TINGKAT II AKPER BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO (2002)
  • HUB. KEGIATAN MONOTON ACARA TELEVISI DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA SLTPN 2 SURABAYA (2000)
  • PELAKSANAAN PROGRAM PERKEMBANGAN KEMAMPUAN DASAR DAYA CIPTA ANAK TK DITINJAU DARI KURIKULUM 1994 DI TK KELAS A KURNIA RAHMAT SURABAYA (2000)
  • HUB. BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KESULITAN BELAJAR SISWA DI SLTP MUHAMMADIYAH 1 SUMBEREJO BOJONEGORO (2002)
  • PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK PARA SEKOLAH DI TK AISYIAH BUSTANUL ATHFAL PANDAAN (2000)
  • HUB. ANTARA LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR SOSIAL DENGAN KENAKALAN REMAJA SISWA KELAS II SMU PGRI 8 SURABAYA (2000)
  • HUB. MINAT MASUK AKPER DENGAN PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI PRAKTEK KEPERAWATAN (2000)
  • HUB. PEMBERIAN LAYANAN INFORMASI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR KELAS II SLTP ISLAM PASURUAN (2002)
  • HUB. LAYANAN KONSELING PADA CALON PENGANTIN WANITA DENGAN PERSIAPAN FISIK PRANIKAH DI KEC. GENDING KAB. PROBOLINGGO (2002)
  • HUB. TINGKAT SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK PADA PENDIDIKAN TK NGAGEL JL. NGAGEL NO. 21 SURABAYA (2003)
  • HUB. BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BALAJAR SISWA KELAS II SLTP LILWATHON SURABAYA (2000)
  • HUB. ANTARA LAYANAN INFORMASI BIMBINGAN SOSIAL DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH (2000) boleh
  • HUB. ANTARA BIMBINGAN SOSIAL DENGAN AKTIVITAS SOSEIAL SISWA KELAS II SMU MUJAHIDIN SURABAYA (2001)
  • HUB. PAI DENGAN PEMAHAMAN AJARAN AGAMA ISLAM PADA ANAK DIDIK SLTPN 21 SURABAYA (2001)
  • PENGARUH METODE BERMAIN TERHADAP PENGEMBANGAN DAYA PIKIR ANAK TK DHARMA WANITA JL. KUTILANG III GENDANGAN SIDOARJO (2002)
  • PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL SEKOLAH TERHADAP KENAKALAN REMAJA SISWA KELAS II MTS BAHRUL ULUM GYAM KEC. NGASEM KAB. BOJONEGORO (2002)
  • HUB. BIMBINGAN KARIER DENGAN MOTIVASI KERJA SISWA SMUN 5 SURABAYA (2000)
  • PERANAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR ANAK DI MADRASAH ALIYAH YAHARI DESA BANGSRE KEC. SUKONO KAB. SIDOARJO (2002)
  • PERANAN GURU DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN SD POGALAN IV DI TRENGGALEK SEBAGAI SD PAMONG (2002)
  • PENGARUH LAYANAN INFORMASI BIDANG BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KREATIVITAS ANAK TK NEGERI KUNCUP BUNGA SURABAYA (2002)
  • KENDALA YANG DIALAMI GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK TK DI KEC. RUNGKUT (2001)
  • HUB. ANTARA LAYANAN INFORMASI BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS II A2 SMKN 3 PROBOLINGGO (2000)
  • STUDI TENTANG MINAT SISWA DALAM MEMANFAATKAN LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI DI SLTPN 6 SURABAYA (2002)
  • HUB. ANTARA BIMBINGAN SOSIAL DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS II SLTP PGRI SURABAYA TAHUN AJARAN 2000-2001 (2001)
  • PENGARUH PENGGUNAAN METODE BERCERITA DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP KRESIFITAS ANAK TK AL-HIDAYAH GENDANGAN SIDOARJO (2003)
  • HUB. LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN DEPKES SUTOMO SURABAYA SEMESTER II JALUR KHUSUS (2002)
  • PENGARUH EKONOMI KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SLTP MAARIF LAWANG (2002)
  • MINAT SISWA DALAM MEMANFAATKAN LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH KESEHATAN TNI AL SURABAYA TAHUN AJARAN 1999/2000 (2000)
  • HUB. ANTARA GURU MATA PELAJARAN DALAM PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS I SLTP PGRI I SURABAYA (2002)
  • STUDI TENTANG PERLUNYA BIMBINGAN DAN KONELING MELALUI PENDEKATAN PROBLEM CHECK LIST (2001)
  • HUB. ANTARA DISIPLIN KELUARGA DENGN PRESTASI BELAJAR SISWA MTS I TALUN SUMBER REJO BOJONEGORO (2002)
  • PENGARUH LAYANAN INFORMASI BIDANG BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KREATIVITAS ANAK TK PERWANIDA PEFUNGSRI PANDAAN (2002)
  • HUB. LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS I SMUK ST. LOUIS I SURABAYA (2002)
  • HUB. ANTARA LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS II SMKN 8 SURABAYA (2003)
  • TANGGAPAN SISWA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KARIER DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA DI KELAS II SLTPN 2 SUKODONO SIDOARJO (2001)
  • HUB. ANTARA LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL DENGAN PERUBAHAN TINGKAH LAKU SISWA KELAS III SLTP BARU NAWATI SURABAYA (2001)
  • HUB. POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KREATIVITAS ANAK TK KELOMPOK B DI TK AISYIAH I PURANG ANOM SIDOARJO (2002)
  • PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP PERILAKU SISWA KELAS II MTs MUHAMMADIYAH 2 KEDUNGADEM BOJONEGORO (2002)
  • HUB. ANTARA PENYESUAIAN DIRI DI BIDANG AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I ANGKATAN 2000 AKPER BINA SEHAT PPNI KAB. BOJONEGORO (2002)
  • TANGGAPAN SISWA TERHADAP PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMU MA’ARIF LAWANG (2002)
  • HUB. ANTARA MOTIVASI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA MTs I TALUN SUMBER REJO BOJONEGORO (2002)
  • TANGGAPAN ORANG TUA SISWA TERHADAP PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING DI SREKOLAH MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI WONOREJO (2002)
  • HUB. KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS I SLTP JALAN JAWA KOTAMADYA SURABAYA (2002)
  • HUB. LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS II SLTP MA’ARIF HASANUDIN SURABAYA (2002)
  • HUB. KEGIATAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KESULITAN BELAJAR SISWA DI SPK PAMEKASAN (2000)
  • HUB. LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR SISWA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS I SMUN GIKI 1 SURABAYA (2000)
  • STUDI TENTANG MOTIVASI SISWA DALAM MEMANFAATKAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SLTPN 22 SURABAYA (2000)
  • HUB. ANTARA BIMBINGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR DI SLTPN 23 SURABAYA (2001)
  • PERBEDAAN SIKAP SOSIAL PRIA DAN WANITA DI SMU MUJAHIDIN SURABAYA (2001)
  • PERAN GURU DALAM MEMBERI SOLUSI SISWA YANG BROKEN HOME DI SLTP K PANTI PARAMA PANDAAN (2002)
  • HUB. ANTARA BIMBINGAN SOSIAL DENGAN PERUBAHAN PERILAKU SISWA KELAS II SLTP TRI BHAKTI TANGGULANGIN SIDOARJO (2001)
  • HUB.ANTARA METODE BERCERITA DENGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK DIDIK DI TK ISKANDAR SAID SURABAYA (2002)
  • HUB. ANTARA BIMBINGAN KARIR TENTANG INFORMASI JABATAN DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS II SLTP NEGERI SURABAYA (2000)
  • HUB. ANTARA SOSIAL ORANG TUA DENGAN DAYA CIPTA ANAK (2002)
  • HUB. BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SLTP AL-AMIN RUNGKUT SURABAYA (2000)
  • HUB. ANTARA AKTIVITAS PETUGAS BIMBINGAN DI SEKOLAH DENGAN KEMANDIRIAN SISWA SLTP (2000)
  • STUDI EFEKTIVITAS SARANA BERMAIN DALAM PENGEMBANGAN DAYA PIKIR DAN KETRAMPILAN MOTORIK ANAK TK. CITRA BANGSA DI SURABAYA (2000)
  • UPAYA LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA SLTP YAYASAN PANDAAAN (2000)
  • STUDI TENTANG TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL KELAS II-I SMU NEGERI 16 SURABAYA (2001)
  • HUB. PEMANFAATAN WAKTU SENGGANG DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMUN 16 SURABAYA (2002)
  • PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMUN 16 SURABAYA (2002)
  • BIMBINGAN BELAJAR HUBUNGANNYA DENGAN KEBIASAAN BELAJAR SISWA SMU SEJAHTERA 2 SURABAYA (2002)
  • PERANAN BIMBINGAN BELAJAR EFEKTIF SISWA KELAS II SLTP N 2 SURABAYA (2002)
  • HUB. ANTARA KEGEMARAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN AGRESIVITAS SISWA KELOMPOK BTK AL-FALAH SURABAYA (2002)
  • HUB. ANTARA BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SLTP (2002)
  • HUB. KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING MINAT SISWA MENDAPAT LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SLTPN 3 SURABAYA
  • HUB. ANTARA LAYANAN BIMBINGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DI RUMAH BERSALIN KARTIKA JAYA SURABAYA (2002)
  • HUB. LAYANAN BIMBINGAN DENGAN KELANCARAN PERSALINAN NORMAL DI RS IBI SURABAYA (2002)
  • PENGARUH SIKAP SOSIAL DAN KEDISIPLINAN SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH (2002)
  • HUB. KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DENGAN KEDISIPLINAN SISWA SLTP 37 SURABAYA (2002)
  • HUB. BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS I SMKN 6 SURABAYA II MARGO REJO KLONOCOLO (2000)
  • HUB. MENONTON TELEVISI TERHADAP KETRAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK-ANAK TK KARSA BHAKTI TANGKIS TURI KOTA SURABAYA (2000)
  • HUB. ANTARA BIMBINGAN BELAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SLTP KEPANJEN 1 SURABAYA (2002)
  • PENGARUH BIMBINGAN PRIBADI TERHADAP PENINGKATAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMU MUH 8 TANGGULANGIN (2002)
  • STUDI TENTANG BIMBINGAN SOSIAL DI SEKOLAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA SISWA KELAS II SLTPN XII SURABAYA (2000)
  • HUB. LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL DENGAN KEMANDIRIAN SOSIAL KELAS II SLTP 14 SURABAYA (2000)
  • PENGARUH LAYANAN INFORMASI BIMBINGAN TERHADAP PERKEMBANGAN DISIPLIN SISWA TK AMONG SISWA SURABAYA (2000)
  • PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEAKTIFITAS ANAK TK DHARMA DANTA TANGGULANGIN SIDOARJO (2002)
  • PENGARUH PELAKSANAAN BIMBINGAN BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP AKTIFITAS SISWA KELAS II SLTP YPPI 3 SURABAYA (2000)
  • PENGARUH LAYANAN INFORMASI BIDANG BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP PERKEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK TK AISYIAH I PUCANG ANOM SIDOARJO (2003)
  • PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE TUGAS MANDIRI DAN METODE TUGAS DITUNGGUI TERHADAP KRESTIFITAS ANAK TK. COKROAMINOTO (2002)
  • TANGGAPAN ORANG TUA SISWA TERHADAP PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMU N PURWOSARI (2002)
  • HUB. BIMBINGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN CARA BELAJAR EFEKTIF SISWA KELAS II DI SLTP BAHAUDIN TAMAN SIDOARJO (2002)
  • HUB. KEGIATAN LAYANAN INFORMASI BIMBINGAN DENGAN MINAT BELAJAR SISWA SMU MUJAHIDIN SURABAYA TAHUN PELAJARAN 2000-2001 (2001)
  • HUB. ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS III SLTPN 21 SURABAYA TAHUN PELAJARAN 1999-2000 (2000)
  • PENGARUH LAYANAN INFORMASI BIDANG BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR ANAK TK DHARMA WANITA TANGGULANGIN SIDOARJO (2002)
  • PENGARUH PERANAN TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KARIR SISWA KELAS III SMKN 1 SURABAYA (2002)
  • PENGARUH KOMUNIKASI YANG HARMONIS DALAM KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SLTP JALAN JAWA SURABAYA (2001)
  • KENDALA GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK TK DI KEC. WARU KAB. SIDOARJO (2003)
  • EFEKTIVITAS PENGAJARAN REMIDI PADA SISWA SD JATINGALEH DALAM 02 SEMARANG TAHUN AKADEMIK 2002-2003 (2003)
  • HUB. ANTARA MINAT BELAJAR MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS IV DAN V SDN KALI BUNTU WETAN KENDAL TAHUN PELAJARAN 1999/2000 (2000)
  • PENGARUH LAYANAN KONSULTASI GURU DENGAN WALI SISWA TERHADAP PERUBAHAN TINGKAH LAKU SISWA PADA SMK N 5 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2001/2002 (2003)
  • KORELASI ANTARA NEM SD DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS I CAWU 1 SLTPN I CEPIRING TAHUN PELAJARAN 1999/2000 (2000)
  • KORELASI ANTARA NEM SD DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS I CAWU 1 SLTPN I PEGANDON TAHUN PELAJARAN 1998/1999 (1999)
  • IBU RUMAH TANGGA YANG BEROPERASI SEBAGAI GURU DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA SEJAHTERA DI KECAMATAN PLANTUNGAN KENDAL (2002)
  • PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA YANG MENGGUNAKAN MEDIA SEMPOA DENGAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN MEDIA SEMPOA PADA SISWA KELAS II SD KANISIUS KURMOSARI ½ SEMARANG (2003/2004)
  • PERANAN GURU PEMBIMBING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SLTP 2 PAGERUYUNG KENDAL (2003)
  • STUDI DESKRIPSI TENTANG KEBIASAAN BELAJAR SISWA DI SD 1 WONODADI KEC. PLATUNGAN KENDAL (2002)
  • MINAT MEMBELI BARANG BERMEREK TERKENAL PADA REMAJA DI TINJAU DARI KONSEP DIRI (2003)
  • HUB. BIMBINGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN WELAHAN 03 KEC. WELAHAN KAB. JEPARA (2003/2004)
  • PENGARUH LAYANAN PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SDN KALISARI 1 KOTA SEMARANG (2003/2004)
  • STUDI KORELASI ANTARA KOMUNIKASI SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SDN JATIREJO KEC. SURUH KAB. SEMARANG (2002)
  • PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD DAERAH BINAAN 1 KEC. NALUM SARI JEPARA (2002)
  • STUDI KORELASI ANTARA MINAT BACA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SDN SOBOREJO 01 KEC PRINGSURAT KAB. TEMANGGUNG TAHUN 2002/2003 (2003)
  • PENGARUH MEONTON TELEVISI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SDN REJOSARI SEMARANG (2003)
  • STUDI DESKRIPTIF TENTANG KENAKALAN REMAJA DI SMUN 2 TEMANGGUNG (2004)
  • KORELASI ANTARA PENGGUNAAN WAKTU SENGGANG DENGAN KENAKALAN ANAK PADA SISWA SD MLATIHARJO PATEAN KENDAL (2002)
  • STUDI KEBIASAAN BELAJAR SISWA SD BANGETAYU WETAN 02 KEC. GENUK SEMARANG TAHUN PELAJARAN 1999/2000 (2000)
  • HUB. BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SD 2 WADAS KEC. PLATUNGAN KAB. KENDAL (2001/2002)
  • HUB. ANTARA DISIPLIN DALAM KELUARGA DENGAN DISIPLIN TERHADAP TATA TERTIB DI SEKOLAH SISWA KELAS II SLTP N 1 PEGANGON KENDAL TAHUN PELAJARAN 1999/2000 (2000)
  • KORELASI ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KARIER DENGAN PEMILIHAN STUDI LANJUT PADA SISWA KELAS III SLTP SULTAN AGUNG KALINYAMATAN KAB. JEPARA (2004)
  • PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SISWA KELAS VI PADA TENGAH SEMESTER I SD SE DAERAH BINAAN KEC. NALUM SARI KAB. JEPARA TAHUN PELAJARAN 2002/2003 (2003)
  • HUB. TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP KEPEDULIAN PADA PENDIDIKAN ANAKNYA (2003)
  • BIMBINGAN SOSIAL HUBUNGANNYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SLTP GEMA 45 SURABAYA (2001)
  • FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA DI SLTP N 2 WARU SIDOARJO (2003)
  • EFEKTIVITAS FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SISWA KELAS II-B DI SLTP N 25 SURABAYA (2001)
  • CIRI-CIRI KEPRIBADIAN GURU PEMBIMBING YANG DIINGINKAN SISWA KELAS I DAN II SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2004/2005 (2005)
  • MANFAAT BUKU KEGIATAN SISWA DALAM KAITANNYA DENGAN PROSES BIMBINGAN DI KELAS II SD MUHAMMADIYAH SAPEN CABANG NITIKAN YK (2003)
  • PEMAHAMAN TERHADAP KEHIDUPAN SEORANG HOMOSEKS STUDI KASUS PADA DAVID KUSNADI (2002)
  • HUB. CARA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SDN DI KEC. SUMBEREJO KAB. BOJONEGORO (2002)
  • STUDI KELAYAKAN BIMBINGAN SEKS PADA SISWA KELAS VI DI SDN SAMIRONO TAHUN AJARAN 2005/2006 (2006)